Monday, November 05, 2007

“Sang Pembuka”

Sebagaimana dimaklumi bersama bahwa surah al-Fatihah merupakan surah pembuka seluruh kandungan Al-Qur’an (dari surah al-Baqarah hingga al-Nas). Refleksi kali ini akan mengulas surah pertama ini. Saya menyebutnya dengan ‘Sang Pembuka’. Tentu saja yang saya maksud bukan Allah.

Al-Fatihah, yang terdiri dari tujuh (7) ayat itu benar-benar menjadi “pembuka” isi dan kandungan Kitabullah yang mulia. Ayat pertama dibuka dengan menyebut nama Allah. Artinya, aktivitas apapun, dan dalam situasi bagaimanapun Allah harus “disertakan” dalam setiap langkah dan sendi kehidupan seorang Mukmin. Saya juga berasumsi bahwa sifat Rahman dan Rahim Allah itu lah yang menjadikan umat Islam mendapatkan kehormatan berupa Al-Qur’an. Kita tidak dapa membayangkan, seandainya umat Islam tidak memiliki Al-Qur’an.

Ayat kedua menjelaskan bahwa sejatinya “pujian” itu hanyalah milik Allah, penguasa seluruh alam: alam ghaib (jin, setan, dan malaikat) maupun alam syahadah/nyata (manusia, hewan dan tumbuhan). Seluruh pujian hanyalah milik-Nya. Maka sejatinya tidak layak seorang manusia ingin “dipuji” apalagi “dipuja”. Rasa ingin dipuji, disanjung dan diagungkan adalah tidak baik. Dan itu biasanya menimbulkan rasa ‘ujub (bangga terhadap diri sendiri), sum‘ah (ingin didengar oleh orang banyak) dan akhirnya takabbur (sombong).

Kasih dan sayang Allah kembali dipertegas oleh Allah dalam ayat ketiga. Agar umat Islam ingat bahwa kasih dan sayang Allah tidak tidak terbatas. Lihatlah bagaimana Allah memberikan rezki kepada segenap makhluk-Nya. Dia tidak pernah pilih kasih. Orang kafir, binatang halal maupun haram, bahkan orang atheis sendiri pun diberi rezki oleh-Nya. Tapi menurut para ulama, tidak semua yang dikasihi oleh Allah disayang oleh-Nya. Karena sayang (rahim) adalah ‘anugerah spesial’ untuk orang-orang beriman di surga-Nya nanti.

Jangan dilupakan…

Ada satu kaidah penting dalam surah yang mulia ini. Allah menjelaskan bahwa jika ingin ditolong oleh-Nya, tugas utama kita adalah beribadah dengan baik dan benar. Oleh karena itu kata ibadah (iyya kana‘budu) didahulukan dari kata minta tolong (waiyya kanasta‘in). Jika pertolongan Allah ingin terus menyertai kita syaratnya adalah “ibadah” yang baik dan benar: penuh kekhusyukan dan penuh keyakinan.

Dalam beribadah dan memohon pertolongan kepada Allah sering dilanda penyakit futur (lesu setelah semangat dalam ibadah dan amal). Oleh karena itu, Allah memberikan doa yang sangat dahsyat, “Ihdinas shirathal mustaqim” (‘Tujukilah kami jalan-jalan keistiqamahan). Ya, konsistensi beribadah dan memohon kepada Allah itulah yang perlu dibina dan dipertahankan. Jadi, bukan hanya “jalan yang lurus”, tapi konsistensi juga perlu diminta dari Allah SWT. Agar ibadah kita tidak sia-sia dan permohonan kita senantiasa dikabulkan.

Dengan istiqamah itu, Allah menginginkan agar berada ‘satu rel’ dengan orang-orang yang terus diberi kenikmatan oleh Allah. Dan agar kita jangan terjebak kepada prilaku orang Yahudi yang dimurkai oleh Allah serta orang Nasrani (Kristen) yang sudah dinyatakan sesat oleh-Nya. Subhanallah! Itulah kunci-kunci pembuka yang diajarkan oleh Allah lewat surah al-Fatihah yang mulia ini.

Oleh karena itu, Kanjeng Nabi SAW menjelaskan tentang keutamaan surah ini. Seorang sahabat, Jabir ibn ‘Abdullah pernah menuturkan bahwa Rasulullah SAW berkata kepadanya, “Wahai Jabir ibn ‘Abdullah, maukah engkau aku beritahu satu surah Al-Qur’an yang terpilih (karena banyak kebaikannya)? Ya, mau Rasulullah. “Itulah Alhamdulillahi rabbil ‘Alamin, beliau membacakannya sampai akhir. (HR. Ahmad).

Imam Muslim di dalam kitab Shahih-nya juga meriwayatkan dari Abu Hurairah ra dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda, “Barangsiapa yang shalat tidak membaca ‘Induk Al-Qur’an’ (al-Fatihah) maka shalatnya tidak sempurna –diulangi sampai tiga kali oleh Rasulullah SAW.

“Ya Allah, bukalah qalbu kami lewat surah pembuka Kitab-Mu. Agar hati kami mudah menerima cahaya Al-Qur’an. Berilah kami jalan-jalan keistiqamahan. Agar ibadah dan permohonan kami tidak ‘menggantang asap’. Kami ingin menjadi hamba-Mu yang benar-benar taat. Tidak seperti kedua umat-Mu yang terdahulu”

(Medan, Senin: 5 Nopember 2007)

http://alqassam.wordpress.com / http://qosim-deedat.blogspot.com

 

<<Kembali ke posting terbaru

"Berpikirlah Sejak Anda Bangun Tidur" (Harun Yahya)